Atau bisa juga * Read more: http://syamsudinnamaku.blogspot.com/2011/02/cara-membuat-pesan-pembuka-dan-penutup.html#ixzz1oJwESRxp onmousedown="return false"

Penting, Pendidikan Karakter di Sekolah

Label:

Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting untuk membangun karakter bangsa. Sayangnya, pendidikan karakter di Indonesia selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai. Pendidikan karakter yang dilakukan belum sampai pada tingkatan interalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Ketua Tim Ahli Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Prof. Sutaryo mengungkapkan saat ini terlihat adanya reduksi besar-besaran terhadap arti pendidikan dan kebudayaan. Salah satunya seperti pemisahan antara pendidikan dan kebudayaan pada ranah struktur aparatur pemerintah yang awalnya adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayan menjadi Departemen Pendidikan dan Departemen Kebudayaan dan pariwisata.

Dalam hal ini, kata Sutaryo, pendidikan direduksi jadi persekolahan yang mengharuskan untuk mendidik berbasis kompetensi untuk mempersiapkan manusia Indonesia menjadi tenaga dalam kerangka mekanisme pasar dunia. Analisis sejarah pendidikan Indonesia telah diajukan Ki Hadjar Dewantara pada tahun 1922. Awalnya pendidikan sekolah ditujukan untuk menjadi pegawai yang mengabdi pada kepentingan Belanda. Namun Ki Hadjar mengubah pola pikir pendidikan dimana pendidikan untuk jiwa merdeka, berdikari, masyarakat bangsa, dan negara. Namun setelah memasuiki era globalisasi sejarah kembali berulang dengan gaya yang lebih modern. Pendidikan ditujukan untuk mengabdi pada pangsa pasar dunia

“Pendidikan sekolah saat ini sudah tercerabut dari filosofi pendidikan. Tiga pusat pendidikan yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat justru dipisahkan. Pada akhirnya hasil akhir dari pendidikan itu sendiri lebih sering menjadi tidak menentu,” urai Sutaryo dalam acara Pelatihan pembangunan Karakter pada SDM Penyelenggara SDM SMK RSBI, Selasa (11/10) di Wisma Kagama.

Demikian pula dengan kebudayaan yang direduksi menjadi kegiatan kebudayaan dan pariwisata dengan tujuan menjaring wisatawan sebanyak mungkin untuk menimba devisa. “Yang terjadi justru bukan dalam ranah untu meneguhkan karakter budaya bangsa sebagai basis mental masyarakat Indonesia,” jelasnya.

Sementara itu budayawan Prof. Dr. Sumijati AS., menyampaikan desain pendidikan karakter di sekolah melalui model sekolah harmoni. Konsep sekolah harmoni mengedepankan nilai-nilai keserasian, ketentraman, kedamaian dalam aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru, siswa, dan seluruh elemen di sekolah. “ Pendidikan karakter dalam sekolah harmoni mengajarkan hidup dalam perbedaan, membangun kepercayaan, saling menhargai dan pengertian serta menumbuhkan sikap terbuka dalam berpikir,” Jelasnya.

Sumijati menambahkan praktik budaya harmoni di sekolah dapat dilakukan dengan merefleksikan bersama kekerasan sosial yang terjadi antar pelajar untuk menciptakan budaya harmoni di kalangan pelajar. Selain itu praktik budaya harmoni juga bisa dilakukan dengan memutus relasi senior-junior di kelas yang mengarah pada aktifitas non akademik, menciptakan model pembelajaran nir kekerasan, dan memperbanyak kegiatan akademik yang mengarah terciptanya budaya harmoni.

“ Praktik budaya harmoni di sekolah juga bisa dilakukan dengan menciptakan saluran sosial bagi siswa yang tidak banyak melibatkan diri dalam kegiatan sekolah,” imbuhnya. (Humas UGM/Ika)

0 komentar:

Posting Komentar